Bayangkan hidup ini seperti pemain acrobat dengan 5 bola di udara, yaitu 1. Pekerjaan,
2. Keluarga,
3. Kesehatan,
4. Sahabat, dan
5. Semangat.
Anda harus menjaga semua bola itu tetap di udara, jangan sampai ada yang jatuh.
Suatu saat, ketika situasi mengharuskan Anda untuk melepas salah satu bola, maka lepaskanlah Pekerjaan, karena Pekerjaan adalah Bola Karet. Jika Anda jatuhkan, suatu saat ia akan melambung kembali. Sedangkan 4 bola lain (Keluarga, Kesehatan, Sahabat dan Semangat), adalah Bola Kaca. Jika dijatuhkan akibatnya bisa fatal, mereka akan pecah berantakan. Kenyataannya, kita terlalu menjaga Pekerjaan, dan mengabaikan 4 lainnya. Padahal kalau kita kehilangan uang, masih bisa kita cari. Tapi jika keluarga yang hilang, kemana kita akan mencari atau membelinya? Begitu juga dengan sahabat dan kesehatan.
Banyak ibu rumah tangga mengalami dilema tersebut. Mereka bertanya-tanya bagaimana menjaga keseimbangan antara keluarga dan kerja. Fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah, yang penting dan harus diprioritaskan adalah keluarga. Tetapi mengapa tidak semua orang bisa melakukannya? Hal itu disebabkan oleh beberapa factor, seperti kejar setoran, mumpung masih muda (keluarga bisa menunggu, karir tidak bisa menunggu), ambisi pribadi, tidak merasa bahwa keluarga itu penting. Padahal kalau mereka tahu, ongkos dari ketidakseimbangan sangat besar, yaitu keretakan keluarga, anak-anak yang bermasalah, personal dilema, dan stress.
Jika Anda mengalami dilema antara keluarga dan kerja, yang perlu dilakukan adalah menciptakan keseimbangan diantara keduanya. Tapi ingat, keseimbangan bukan soal kuantitas, tapi kualitas. Ada 6 tips yang bisa dilakukan:
1.Buatlah jadual “down time” dan catat.
2.Potong waktu yang tidak produktif
3.Kategorikan dan delegasikan
4.Asah gergaji
5.Hindari kebocoran emosi. Tidak mencampuradukkan urusan keluarga dengan pekerjaan.
6.Gunakan cara kreatif. Misalnya membuat buku komunikasi keluarga
Tidak ada sukses dalam karir yang dapat mengejar sebuah kegagalan dalam keluarga. Tapi kesuksesan dalam keluarga dapat mengobati kegagalan dalam karir.
(Anthony Dio Martin/www.radiosmartfm.com : Smart Emotion)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar